Oleh: Lukman Hakim, S.Sos, MM.
Fungsional PTP ahli Madya, Direktorat PPG
email : lukmanhakim92@dikbud.belajar.id
Pendahuluan
Teknologi (Artificial Intelligence) AI atau kecerdasan buatan
mengalami perkembangan yang masif dari tahun ke tahun. Kehadirannya dengan
fitur, fungsi, dan tampilan yang baru semakin berdampak pada banyak aspek
kehidupan manusia tidak terkecuali dalam pendidikan (Luger dan Stubblefield,
1993). Kecerdasan buatan mulai mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah maupun perguruan tinggi (Mulianingsih, dkk. 2020). kecerdasan buatan
menjadi bagian primer dalam tumbuh kembang teknologi pendidikan. Hal ini tentu
memberikan implikasi secara eksplisit terhadap kehidupan kerja manusia di masa
depan.
Bila kita
berbicara teknologi pendidikan, kita harus fair
mengatakan bahwa belum sepenuhnya teknologi ini digunakan dalam pembelajaran.
di era sekarang yang semakin kompetitif, masih terdapat lembaga pendidikan yang
belum menerapkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Seyogyanya, sekolah
di era sekarang harus memanfaatkan lahirnya teknologi-teknologi yang memudahkan
pekerjaan guru ataupun siswa (Tjahyanti, dkk. 2022). sekolah bisa memanfaatkan
aplikasi atau media yang dapat mengotomatiskan tugas-tugas seperti memberikan
umpan balik, memilih materi pembelajaran yang sesuai, maupun menyelaraskan
kurikulum dengan kebutuhan siswa.
Pengertian
Kecerdasan Buatan
Teknologi kecerdasan
buatan (Artificial Intellegence) AI
terus dikembangkan oleh para ahli sehinggan dapat berkembang pesat.H. A. Simon mengklaim
bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah bidang yang memungkinkan komputer melakukan
tugas-tugas yang lebih unggul dari manusia. Knight dan Rich setuju dengan Simon
bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah cabang ilmu komputer yang memandang upaya
membangun komputer sebagai sesuatu yang dapat dilakukan manusia, bahkan lebih
baik dari itu.
Diciptakannya kecerdasan
buatan (Artificial Intellegence)
bertujuan antara lain:
1. Diperkirakan AI akan digunakan
untuk membuat perangkat lunak atau robot yang dapat membantu manusia dalam
rutinitas sehari-hari.
2. Diperkirakan kehadiran AI akan
membuat mesin lebih pintar dari sebelumnya.
3. Diharapkan dapat benar-benar membantu
manusia dalam memecahkan masalah yang kompleks, seperti melalui pengembangan
kalkulator pintar berhitung cepat.
Manusia dapat merasakan
berbagai manfaat yang juga dimiliki kecerdasan buatan, seperti:
1. AI tidak memihak, terlepas dari
penggunanya. Tanpa memperhitungkan faktor apapun, penilaian yang telah dibuat
adalah benar.
2. AI tidak dapat diubah dan tidak
dapat diubah. Ini dapat digunakan berulang kali. Kerugian mengadopsi AI
termasuk fakta bahwa meskipun akan bekerja tanpa lelah dan terus menerus,
sistem tidak akan dapat menyerap masukan yang menyimpang dari apa yang telah
diprogram.
Pembahasan
Pembelajaran
Mandiri
Setiap orang
tua perlu melakukan screening terhadap minat dan bakat yang dimiliki setiap
anak. kita tahu, bahwa setiap anak memiliki keistimewaan. jika keterampilan
kerja yang diinginkan oleh orang tua diajarkan pada usia muda, anak-anak dapat
terus mengembangkannya selama masa belajar mereka di sekolah. salah satu
keterampilan yang dapat diajarkan sejak dini adalah kontrol dan pemantauan
terhadap pembelajaran mereka sendiri. hal ini juga dikenal dengan istilah
pembelajaran mandiri (Zimmerman, 1990). sebuah sistem yang memungkinkan pelajar
untuk proaktif mengubah kemampuan mental menjadi keterampilan akademik melalui
pemikiran, perasaan, dan perbuatan yang membantu mereka mencapai tujuan.
Pelajar atau
siswa yang dapat mengatur sendiri pembelajaran mereka dengan cara ini. rumah
dan sekolah melalui orangtua dan guru memfasilitasi dengan baik untuk
menavigasi laju kehidupan yang lebih cepat di era kecerdasan buatan. siswa
dapat memahami dan mengelola keterbatasan mereka selama belajar. kenyataan yang
terjadi di lapangan dapat dikatakan berbeda. meskipun keterampilan belajar mandiri menghasilkan manfaat akademis (Zimmerman,
1990), masih banyak anak-anak yang tidak diberi kesempatan yang cukup di
sekolah untuk mengeksplorasi dan mempraktekkan keterampilan ini dengan dukungan
guru mereka. ketika anak-anak menggunakan aplikasi pembelajaran digital
informal, misal aplikasi Youtube, Instagram atau Tiktok, mereka mungkin memiliki terlalu banyak kebebasan, yang
mengakibatkan pembelajaran yang tidak produktif. dapat dikatakan, sekolah masih
memihak pada teknologi pendidikan yang formal seperti e-book maupun video animasi.
Kita kembali
dihadapkan dengan pertanyaan apakah anak-anak kita mampu mengendalikan dan
menavigasi diri dengan kecerdasan buatan. dengan memilih kecerdasan buatan,
tentu memberikan porsi besar atas kendali di pembelajaran. anak-anak akan
terbiasa dengan hal-hal otomatis sehingga menekan peluang bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilan belajar secara mandiri. maka, penting bagi orangtua
dan guru dalam membekali, mengawasi, dan mengevaluasi anak-anak dalam rangka
menata sistem belajar dan menggunakan teknologi pendidikan secara bijak dan
efektif.
Penghubung
Antara Siswa dan Guru
Terjadi bias
pada saat anak-anak mengembangkan keterampilan belajar mandiri dan ketika
anak-anak memanfaatkan teknologi pendidikan. Pembelajaran mandiri berpusat pada
kebebasan di siswa dalam menggali dan mengolah informasi. Adapun pembelajaran
yang memanfaatkan alat digital, menimbulkan pertanyaan, “Siapakah penanggung
jawabnya?” “Apakah itu pelajar, guru, atau alat digital itu sendiri?”. Alat
pendidikan digital mengumpulkan banyak data tentang pembelajaran, dan
kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)
dapat menggunakan informasi ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
tentang proses pembelajaran.
Lalu, apakah
data dan algoritma kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) dapat digunakan untuk memberdayakan siswa dan guru? Tentu
untuk mencapai hal ini, siswa dan guru membutuhkan keterampilan yang lebih kuat
untuk memanfaatkan dukungan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) secara maksimal.
Pertama, siswa
dan guru harus mampu beradaptasi dengan situasi dan tugas baru, karena perubahan
sosial semakin sering terjadi di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Semakin banyak alat digital akan dibawa
ke ruang kelas, dan guru serta siswa perlu berkolaborasi saat mereka mencari
cara untuk menggunakannya secara efektif.
Kedua, pelajar
dan guru perlu berkolaborasi secara produktif dan mahir dengan manusia dan
kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence). Saat siswa bekerja dengan teknologi dalam kelompok,
interaksi sosial yang positif dan keterampilan pengaturan seperti perencanaan
dan pemantauan adalah kunci pembelajaran (Isohätälä, 2020).
Ketiga,
menurut Zulkifli (2006) siswa membutuhkan dukungan sosio-emosional untuk
mengatasi masalah yang menantang. disini muncul peran penting orang tua dan
keluarga dalam memberikan dukungan itu untuk membantu siswa memahami dan
mengelola keadaan emosi dan motivasi mereka sendiri. Tidak kalah penting, siswa
perlu membuat adaptasi skala kecil dalam rangka mewujudkan
progres yang nyata (Sobocinski, dkk. 2022). Misalnya, mereka dapat mengambil
inisiatif, menetapkan tujuan, dan memantau diri sendiri saat bekerja dengan
orang lain dan dengan kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence). Semua keterampilan dan kompetensi ini sangat penting untuk
memberikan kebebasan kepada siswa dan guru.
Penerapan AI dalam Kegiatan Pembelajaran
Terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan untuk
menerapkan kecerdasan buatan (AI) di
lingkungan pendidikan. Pertama, pengalihan tugas guru ke sistem AI, yang bertindak sebagai tutor untuk
setiap siswa. Adanya teknologi pintar yang menyesuaikan konten untuk setiap
pembelajar sudah digunakan secara luas di banyak ruang kelas, dalam bentuk sistem tutor cerdas (Moleenar, 2021). Peran
alternatif AI adalah untuk menambah
kecerdasan manusia dan membantu manusia dalam melakukan kegiatan pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Terdapat
beragam hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan AI dalam kegaiatan
pembelajaran. Semakin berkembangnya zaman, menuntut segala bidang termasuk
pendidikan untuk beradaptasi maupun berkolaborasi untuk memecahkan masalah.
- Mentor
Virtual
Internet sekarang yang universal diciptakan sebagai sarana untuk
menyebarkan informasi, pengetahuan, dan pemikiran tentang berbagai topik. Salah
satu program yang berjalan bersama The Lab System, yang beroperasi lebih
sebagai lingkungan multimedia dengan eLearning terintegrasi, adalah Virtual
Mentor. Menurut makalah Jurnal Sistem Informasi Komputer, fitur mentor virtual
lebih berguna daripada instruksi kelas biasa (Zhang, 2004).
Jika Learning by Asking
(LBA), juga dikenal sebagai pembelajaran interaksi, tidak digunakan,
pembelajaran interaksi tidak akan terjadi. Akan ada dua komponen utama saat
menggunakan LBA ini (Video Streaming Server dan Web Server). Pengolahan video
asli oleh kedua komponen ini akan menghasilkan generasi pertanyaan yang
nantinya akan menjadi salah satu data pertanyaan yang selanjutnya dapat
dipanggil kembali dan dikembangkan tergantung pada intensitas pertanyaan yang
muncul dan perubahan video yang diproses. Ketersediaan mentor virtual seperti
LBA membuat kontak menjadi lebih efisien dari sudut pandang manajerial dan
keuangan.
Gambar 1.
Ilustrasi Mentor Virtual
- Voice Assistant
Pengguna dapat belajar
tanpa harus membaca berkat fitur asisten suara atau voice assistant, pengganti
suara. Membaca informasi yang mengaktifkan asisten suara akan berbeda dengan
proses kognisi manusia seperti penyerapan informasi dari suara. Voice Assistant
dijelaskan dalam satu contoh sebagai alat untuk memahami sudut pandang guru.
Esai ini membahas bagaimana guru melihat integrasi teknologi asisten suara di
kelas, yang akan memberikan wawasan tentang pengaturan ruang kelas di masa
depan (Jean-Charles, 2018). Voice Assistant saat ini sedang dikembangkan untuk
digunakan di berbagai perangkat teknologi. Dalam ruang kelas, fitur ini
mempercepat pencarian siswa terhadap materi-materi tambahan. Adanya voice assistant juga membuat
memungkinkan siswa mendapatkan informasi yang transparan dan akurat.
Gambar 2.
Ilustrasi Voice Assistant
- Smart Content
Sebuah aplikasi bernama Smart Content menawarkan data seperti
laporan cuaca, berita terbaru, alarm, dan laporan perdagangan pasar saham.
Fungsi ini menyediakan bahan bacaan terbaru dari buku-buku yang baru dirilis
serta pencari informasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang tercakup dalam
bidang pendidikan. Kemampuan ini tersedia dalam aplikasi seperti Cram101, yang
membagi buku teks digital menjadi beberapa bab. Hal ini akan memudahkan
pembaca—dalam hal ini siswa yakni untuk menggali informasi yang mereka cari.
Gambar 3. Aplikasi Cram 101 dalam memecah buku menjadi beberapa bagian
- Presentation
Translator
Presentation Translator atau
penterjemah presentasi memiliki kegunaan untuk menjelaskan atau
mempresentasikan sebuah teks dari bahasa yang berbeda ke dalam bahasa yang
diinginkan. Pengguna hanya perlu mendengarkan berbagai macam teks pidato,
artikel, ataupun buku digital tanpa perlu membaca dan menerjemahkan satu
persatu. Teknologi ini memungkinan pengguna mendengarkan ucapan atau kalimat
bahasa asing ke dalam bahasa ibu mereka.
Gambar 4. Fitur Presentation
Translator
Simpulan
Kehadiran teknologi
AI merupakan sebuah terobosan
di bidang teknologi pendidikan
untuk memudahkan pembelajaran.
Penggunaan teknologi dengan bijak dan terkendali dapat memicu akselerasi
pendidikan. Kemunculan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) juga dapat menanamkan sifat mandiri dalam
diri pelajar. Guru tidak dibebani peran yang begitu dominan, namun, tugasnya
menjadi spesifik dalam lingkup memberikan pencerahan dengan
kata kunci yang
substansial. Pangkal dari setiap pemanfaatan teknologi bagi guru adalah
tetap mengedepankan esensi dari mengajar
yaitu menata moral dan perilaku
dari pelajar. Adapun bagi pelajar, adanya teknologi
pendidikan dapat membantu mereka dalam mengontrol dan memantau pembelajaran
mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik di masa
depan.
Referensi
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise Of Control.
New York, Ny: W. H. Freeman And Company.
Boekaerts, M., Pintrich,
P. R., And Zeidner, M. (2000). Handbook
Of Self-Regulation. San Diego, Ca: Academic Press.
Isohätälä, J., Näykki, P.,
& Järvelä, S. (2020). Convergences Of
Joint, Positive Interactions And Regulation In Collaborative Learning.
Small Group Research, 51(2), 229-264.
Järvenoja, H., Malmberg,
J., Törmänen, T., Mänty, K., Haataja, E., Ahola, S., & Järvelä, S. (2020,
July). A Collaborative Learning Design
For Promoting And Analyzing Adaptive Motivation And Emotion Regulation In The
Science Classroom. In Frontiers In Education (Vol. 5, P. 111). Frontiers
Media Sa.
Luger, George F., Dan
William A. Stubblefield.1993. Artificial
Intelligence Structures And Strategies For Complexmproblem Soving 2nd Edition.
California: The Benjamin/Cumming Publishing Company Inc.
Molenaar, I., Horvers, A.,
Dijkstra, R., & Baker, R. S. (2020, March). Personalized Visualizations To Promote Young Learners' Srl: The
Learning Path App. In Proceedings Of The Tenth International Conference On
Learning Analytics & Knowledge (Pp. 330-339).
Molenaar, I. (2021). Personalisation Of Learning: Towards Hybrid
Human-Ai Learning Technologies. In OECD Digital Education Outlook 2021:
Pushing The Frontiers With Artificial Intelligence, Blockchain And Robots. OECD
Publishing, Paris.
Sobocinski, M., Malmberg,
J., & Järvelä, S. (2022). Exploring
Adaptation In Socially-Shared Regulation Of Learning Using Video And Heart Rate
Data. Technology, Knowledge And Learning, 27(2), 385-404.
Tjahyanti, L. P. A. S.,
Saputra, P. S., & Santo Gitakarma, M. (2022). Peran Artificial Intelligence (Ai) Untuk Mendukung Pembelajaran Di Masa
Pandemi Covid-19. Komteks, 1(1).
Van Leeuwen, A., Rummel,
N., Holstein, K., Mclaren, B. M., Aleven, V., Molenaar, I., ... & Gal, K.
(2018). Orchestration Tools For Teachers
In The Context Of Individual And Collaborative Learning: What Information Do
Teachers Need And What Do They Do With It?. International Society Of The
Learning Sciences, Inc.[ISLS].
Zimmerman, B. J., And
Schunk, D. H. (2011). Handbook Of
Self-Regulation Of Learning And Performance. New York, Ny: Routledge.
Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya.